Senin, 12 November 2018

4 Tahun Kemudian

4 tahun kemudian.

Umur gue 27 tahun.
Karyawan swasta.
Sudah bersuami, dan sedang hamil 7 bulan.

Gak spesial.
Hidup senormalnya perempuan di usia gue.

Yang spesial adalah perjuangan gue untuk sampai di titik ini.

4 tahun ini begitu melelahkan.

Mengambil beban peran Ayah, mencari nafkah, membesarkan kedua adik selayaknya anak sendiri, menjadi obat bagi luka kehidupan Ibu dan masih harus menjadi "normal" seperti teman-teman seusia gue lainnya bukan hal mudah.

Terlalu banyak yang harus ditulis dan diceritakan.
Terlalu melelahkan untuk hanya berkeluh kesah lewat tulisan.
Mungkin itu alasan sempurna untuk pertanyaan, "Kenapa berhenti menulis 4 tahun ini?"
Tidak hanya di blog, atau tumblr yang saat ini sudah tidak bisa di akses. Tapi juga di personal diary gue. 

Setiap perjuangan pasti akan berbuah hasil, saat ini ataupun nanti.
Gue masih percaya dan ingin selalu percaya.

Gue masih bermimpi, 2 tahun lagi Adinda lulus.
Beban dipundak gue luruh satu.
Betapa bangganya gue di hari itu.
29 tahun dan sudah menghasilkan satu sarjana.
Melepas beban ego yang terlalu besar untuk badan & mental gue.
Pasti begitu melegakan.
2 tahun lagi.
Perjuangan itu masih panjang.

Masih ada fase-fase menegangkan setelah ini.
Lahirnya putra kecilku, dan kuliahnya adik kecilku.

Keduanya membutuhkan lebih dari sekedar keajaiban untuk bertahan.
Gue hanya bisa berharap, semoga Tuhan selalu beri kekuatan.

Amin.

Rabu, 15 Januari 2014

Rutinitas Sampah (1)

Gue sebenernya sebel kalo udah mulai ngebahas rutinitas, karena rutinitas gue sampah. Iya, sampah. Gue terbiasa tidur setelah solat subuh dan bangun begitu masuk waktu dzuhur. Setidaknya ini yang terjadi beberapa minggu belakangan ini. Putra, pacar gue, udah mulai ngomel belakangan ini. Dia bener, gue emang harus diomelin. Soalnya ini berakibat fatal terhadap progres skripsi dan kesehatan gue yang rentan sakit.

Ngomong-ngomong tentang skripsi. Mendingan kita gak usah bahas itu (loh?). Skripsi gue mandek, bahkan sebelum gue memulai apapun, dia udah mandek duluan.

Kemarin gue menjalani rutinitas sampah entah hari keberapa, tapi sebutlah dia hari pertama (soalnya pertama kali gue bahas disini). Gue bangun jam 1 siang, tapi baru bener-bener melek jam 2.45 yang berujung gelagapan sendiri karena takut keabisan waktu dzuhur. Itu akibat nangis sepagian sebelum tidur. Belakangan gue emang cengeng, mewekan, ambekan. Begitu dapet Whatsapp/BBM dari orang rumah gue langsung selek, dan berakhir dengan mewek. Gue lagi kangen bokap. Kangen kehidupan rumah yang dulu. Kangen banget. Eh, itu intermezzo aja sih. Balik lagi ke topik utama. Seharian gue cuma nungguin hujan sambil blog-walking. Sore gue baru bisa keluar makan yang berujung mengingkari janji gue buat meet up sama Mas Mando. Abis itu pacaran sama Putra yang berujung gue ketiduran. Mungkin gak bisa disebut pacaran sih, soalnya gue cuma nemenin Putra yang manyun seharian, mikirin skripsi dan nilai kuliahnya. Makanya gue bisa sampe ketiduran (gantian manyun). Part terseru justru begitu masuk tengah malem. Iya, tengah malem. Jam 12 teng! Gue kepikiran buat nyuci dan nyetrika semua baju yang berserakan di kamar. Gue juga gak paham kenapa harus jam segitu gue kedapetan ilham buat ngebabu. Ternyata capek juga ngebabu dikamar sendiri, padahal cuma sepetak. Tapi disisi lain gue seneng bisa produktif dan gak nangis-nangis lagi dipenghujung hari pertama. Semoga besok, emm maksudnya hari ini, gue bisa membersihkan rutinitas gue dengan bangun lebih awal (karena ini udah terlanjur tidur abis subuh) dan gak nangis-nangisan lagi. Ciao!

Hello world!

Tara! Ini tulisan pertama yang gue publish di blog gue. Berbeda dengan Tumblr gue yang isinya pencitraan dan keambiguan kata yang gue rangkai dalam prosa, gue harap gue bisa lebih apa adanya disini. Kenapa? Karena gue kelihatannya udah kelelahan buat jadi orang lain dan sedang berupaya menjawab semua pertanyaan yang orang lain tanyakan belakangan ini; lo siapa sih?

Jadi, selamat menikmati cipratan-cipratan otak gue yang kelihatannya akan berceceran di blog ini.